Pensiun Bersosial Media (2)
Lagi. Kamu tetap menjadi top of the viewers storyku di sosial media. Kamu lah yang menjadi alasanku agar terus upload story. Agar kamu mengetahui aktivitasku. Agar aku senang karena telah mengetahui bahwa kamu sudah view storyku. Itu berarti kamu sedang tidak sibuk dan meluangkan waktu untuk view storyku. Juga artinya, kamu sedang baik – baik saja.
Kerinduan saling bertukar pikiran dan bergurau bersama mulai sering berkelebat. Aku pun mengerti bahwa saling bertukar pesan berdua saja lewat media sosial adalah berkhalwat, bukan cara yang baik untuk menyapamu. Aku sendiri juga tidak ingin, tidak nyaman saja rasanya. Hanya viewers story dan segala pembicaraanmu di multiple chatt kita, yang menjadi media. Media berinteraksi antar hati, hatiku dan yah hatiku saja. Hanya lewat multiple chatt, kita dapat bergurau dan bertukar pikiran, yang tentunya dibaca oleh anggota chatt lain. Sungguh, itu sangat menyenangkan.
Lambat laun, segala prasangka ini mengundang kesia -siaan.
Pun, kamulah yang menjadi alasanku untuk berhenti upload story saat ini. Kefanaan ini terlalu kejam. Aku dan imajinasiku tentangmu telah jauh melanglang buana. Aku tersesat. Harap kini membunuh hati yang kupermainkan sendiri.
Aku yang saat ini tidak tahu keberadaanmu, aku yang hanya bisa menelan ludah saat ada kicauanmu di multiplechatt, aku yang saat ini menahan agar tidak upload story dan ke-GR-an lagi, ketahuilah aku tidak akan pernah mendoakanmu. Kamu hanyalah temanku yang baik, sama seperti yang lain. Namun aku sendiri terkadang cemburu, mengapa aku tidak bisa merindukan temanku yang lain seriuh merindukanmu.
Tujuanku hanya satu, aku ingin semuanya biasa saja. Aku ingin mengagumimu biasa saja. Karena kuakui, jika memang biasa saja, tidak akan lahir tulisan ini. Hmm yeah,
Alasanku pun hanya satu, aku ingin menjaga hatimu, hatiku, keimananmu, dan keimananku. Khususnya, hatiku dan keimananku sendiri. Akan kumulai dengan menjaga pandanganku terhadapmu. Tidak hanya pandangan secara fisik, namun informasi segala sesuatu tentangmu. Aku ingin lari dari semua itu. Semakin aku tahu banyak tentangmu, aku akan semakin jatuh. Biarlah sebatas ini. Biarlah apa adanya. Biarlah aku mengenalmu sewajarnya.
Oh Allah, lihatlah betapa kami berusaha saling menjaga. Ah mungkin malaikat disampingku sedang melaknatku yang telah menulis tulisan hati yang akan kupublikasikan ini, sungguh memalukan.



Komentar
Posting Komentar