Untukmu, Yaa Akhi


Dengan berat hati kutulis rangkaian kata ini untukmu.. Afwan jikalau kata – kata ini menyinggung hati Akhi. Sungguh, layaknya peribahasa Rasulullah, sampaikan kebaikan walau pahit di lidah. Tak ada maksud ana untuk menyakiti hati Akhi.


Yaa Akhi, kukira engkau tlah mengerti mana yang baik dan buruk, mana syariat dan mudharat, mana batas dan bebas. Engkau lelaki shaleh taat agama nan pandai berperangai. Tak ada yang meragukan keshalehanmu. Semua tindak tanduk, kalimah – kalimah yang terucap, semua beramar ma’ruf nahi munkar. Amal shaleh selalu kau tegakkan, daftar hadir kajianmu selalu penuh, dakwah tak pernah terlewatkan dari jadwal harian.

Yaa Akhi, Ukhti mana yang tak mau untuk bersanding denganmu? Pemuda nan shaleh akhlaknya, cerdas akalnya, baik budi pekertinya, bersih dan tampan penampilannya, adakah Ukhti yang menolak lamaranmu?

Yaa Akhi, sungguh tak mampu ana melanjutkan kalimah ini.
Ketahuilah Akhi, wanita ditakdirkan memiliki hati yang lemah. Lemah imannya, lemah keteguhan hatinya, lemah segala jiwa dan raganya. Tak mampu hati seorang wanita untuk mengartikan segala isyaratmu. Terlebih lagi sekarang kita masih sama – sama memantaskan diri untuk mencapai kelayakan bersanding. Layakkah kau bertingkah seperti itu didepan kami para wanita?

Yaa Akhi, dengan tanpa mengurangi segala rasa kehormatan kami minta, hentikan segala pesan – pesan yang kau kirim hanya demi mengisyaratkan kau memiliki sifat perhatian yang tinggi kepada kami. Hentikanlah obrolan – obrolan diluar kajian yang cenderung mengajak kami berduaan. Hentikanlah upaya menitip salam kepada teman agar disampaikan kepada kami. Hentikanlah pandangan – pandangan yang mencuri – curi maupun senyum manis dengan tatapan yang dalam itu. Sungguh hati ini tak mampu mengartikannya. Hati ini tak mampu membendung kebahagiaan bahwa kami merasa diperhatikan, kami merasa dicintai, terlebih lagi dicintai oleh seorang pemuda sepertimu. Itulah wanita. Mudah terbuai dengan segala keindahan.

Yaa Akhi, bolehlah kau bergaul dengan ukhti – ukhti siapa saja. Namun, netralkanlah sikapmu. Jagalah pandanganmu. Tak selayaknya kau menunjukkan perhatian – perhatian itu kepada kami. Apa tujuanmu yang sebenarnya Akhi? Kita masih sama – sama belum siap namun sikap sudah menjurus seperti itu? Apakah Kau ingin mempermainkan kami?
Astaghfirullahal’adzim.. afwan yaa Akhi.. Ana terlalu su’udzon kepadamu.

Sungguh, engkau lelaki shalih. Sudah pasti tau tentang hukum mahram. Sudah pasti tau batasan – batasan antara pria dan wanita yang bukan mahramnya. Afwan, ana hanya mengingatkan. Jikalau ada waktu luang, ana minta waktu Akhi untuk menderes ulang bab hukum mahram. Mungkin ditambah lagi bab hukum tentang wanita dan pernikahan. Agar Akhi lebih mengerti tentang hati wanita.

Yaa Akhi, apabila Akhi menyebutnya cinta, dan seperti inilah Akhi menunjukkan rasa cinta, apalah arti cinta jika ini akan melalaikan kami kepada Allah? Padahal Allahlah sang Maha Cinta. Ah, ana sedang berbicara dengan Akhi yang shalih. Pastilah Akhi lebih tahu semuanya daripada ana.

Tidak Akhi.. Kami tidak akan menanggapi semua isyaratmu. Jikalau kita berjodoh, pastilah kita bersanding dengan apapun jalan ceritanya. Namun izinkan kami untuk mewarnai perjalanan ini dengan merajut cinta yang suci. Agar kebahagiaan yang kekal dapat dipetik saat bersanding denganmu kelak. Tak perlu basa – basi seperti ini. Silahkan datang ke rumah kami suatu saat nanti. Izinkan cinta ini tetap bersemi di hati kita masing – masing. Tak perlu Akhi ungkapkandengan isyarah – isyarah yang cenderung membuat kami bahagia diluar angan hingga justru melalaikan. Cukuplah Akhi berdoa yang terbaik untuk jodoh Akhi.

Tetap semangat untuk memperbaiki diri yaa Akhi.. afwan jika banyak menyinggung. Jazakallah khoiro..


Komentar

Postingan Populer