Untukmu,
Ini adalah surat kesekian kalinya yang kutulis, untukmu.
Yah, memang ini surat pertama yang kupublikasikan dengan
tanpa harap agar Kau baca. Hanya sekedar melepas penat setelah sekian lama
berkelut dengan dunia, kucoba menepis keresahan dengan menulis surat ini,
untukmu.
Kamu, motivasi utama yang mendorongku untuk terus berdoa,
terus belajar, terus mengupgrade kualitas diri, dan terus – terus yang lainnya.
Kamu, yang kucintai dengan bersandarkan keimanan. Yang masih
belajar mencintai Illah kita, agar aku dapat mencintaimu sesungguhnya. Iya,
Cinta karena Sang Maha Cinta. Cinta yang terikat suci, dengan perjalanan yang
suci pula.
Kamu, yang sama denganku. Cerminan dari diriku sekarang.
Pemilik tulang rusuk yang rapuh ini. Penopang jiwa yang lemah ini. Pemimpin terbaik,
penakluk tertangguh, perisai terkuat yang kuandalkan kelak.
Kamu, yang tak henti – henti kusebut dalam doa, yang terus
kubisikkan setiap malam.
Bertahanlah, kumohon.
Teruslah melangkah. Ujian didepan memang berat, lebih berat
lagi saat nanti bersamaku. Saat dunia kita rengkuh bersama, Syaithan tidak akan
pernah mengizinkan kita untuk bahagia.
Jangan pernah berhenti. Karena aku pun masih terus berlari.
Jika kamu berhenti, kita tidak akan pernah bisa berjumpa. Tak perlu resah,
Allah yang menjagamu. Dan Allah juga yang menjagaku, untukmu.
Temui aku nanti, sebelum bulan purnama, sesaat setelah
pelangi pulang ke mangkuknya. Ayah akan bersamaku.


Komentar
Posting Komentar